Membangun Surga Dalam Rumah Tangga

 MEMBANGUN SURGA DALAM RUMAH TANGGA

Ustadzah Halimah Alaydrus



Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam memang menyampaikan bahwasanya rumah tangga adalah bagian dari surga Allah Subhanahu Wa Ta'ala diatas muka bumi ini, beliau bersabda, "Rumahku adalah surgaku," Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam pula menyampaikan mengenai istri shalihah yang merupakan bagian sekeping surga dari muka bumi, beliau bersabda, "Dalam dunia itu terdapat kesenangan dan seindah-indahnya bagian dari surga yang ada dimuka bumi ini ialah istri yang shalihah."

Belum lagi menjadi seorang ibu, Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda bahwasannya surga berada dibawah telapak kaki ibu. Maka kamu sebagai seorang muslimah, kamu adalah pembawa surga Allah diatas muka bumi dengan syarat ketika kita sendiri merupakan bagian dari perempuan shalihah. Dimana shalihah tak terlihat dari seorang istri yang kehadirannya justru senang sekali memanasi keadaan suami, menuntut banyak dan membanding-bandingkan nikmat dihadapan suami. Maka belajarlah menjadi sekeping surga, yang sehingga dengannya terbangunlah surga dalam rumah. 


Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam menyebutkan dalam hadist tentang istri yang shalihah, beliau bersabda “ Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baiknya simpanan seorang lelaki, yaitu istri salehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya," dan dibawah ini akan diuraikan beberapa ciri-cirinya berdasarkan rujukan hadist, yaitu :

1. Yang pertama ialah seorang istri yang menyenangkan ketika suami memandangnya. Paling mudahnya ialah mulai dari membiasakan tersenyum dihadapan suami, sebab ini perkara yang mudah, perkara yang murah, namun kebanyakan istri perhitungan luar biasa soal senyuman. Betapa banyak istri saat ini yang tersenyum dengan nominal angka, ketika suami memberi banyak dia tersenyum, namun ketika suami memberi sedikit mereka justru menunjukkan wajah yang masam. 


Para istri shalihah tidaklah demikian, mereka, istri shalihah bahkan saat susahnya pun selalu tersenyum, mereka tidak menunggu bahagia baru tersenyum, melainkan mereka tersenyum untuk bahagia. Sungguh tidaklah Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam mengucap suatu ucapan melainkan diiringi dengan senyuman, bahkan para Sahbyiyah bercerita bahwasanya mereka tak pernah melihat sesuatu yang lebih indah yang bisa  dibandingkan dengan senyuman Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. 


Sejatinya modal utama rumah tangga bahagia itu dimulai dari senyuman. Betapa sangat rindunya suami mendapatkan senyuman sang istri. Maka coba untuk memulai sesuatu dengan senyuman. Bukan senyum kepada selain suamimu, bukan pula senyum kepada calon suamimu, selama belum terjadi ijab qobul maka semua senyuman kepada non mahram termasuk calon suamimu itu ibarat panah beracun, anak panah iblis yang mengakibatkan ibadah menjadi berantakan. Tersenyumlah kepada seseorang yang memang bernilai ibadah untukmu.


Diceritakan oleh Hubabah Ummu Salim ketika suatu waktu ada beberapa kawan yang mengeluh kepada beliau berkaitan tentang urusan rumah tangga, bahwasanya suaminya ini tidaklah mencintai istrinya, yang mana sang istri yang telah melakukan segala upaya namun sang suami justru tidak betah ke rumah, lebih betah diluar rumah yang kemudian berdampak kepada pertumbuhan anak keduanya. Dimana setelahnya akibat curhatan ini, Hubabah bercerita bahwasanya suatu ketika terdapat suatu keluarga yang memiliki perusahaan, yang memang perusahaan ini lebih banyak dijalankan oleh anak pertama bersama dengan istrinya. Namun pada suatu hari sang anak pertama ini meninggal, maka adik-adiknya pun merasa khawatir tentang nasib perusahaan. 


Mereka merasa gamang apabila suatu hari istri dari kakak pertamanya ini menikah dengan pria lain selain dari keluarga mereka, mereka khawatir akan nasib perusahaan. Sehingga mereka carilah pria yang akan menikah istri kakak pertama dari kalangan keluarga, terpilihlah anak dari salah satu adik kakak pertama tersebut. Karena memang kebetulan dikeluarga mereka ini semua telah berumah tangga. Menikahlah keduanya dengan perbedaan umur yang jauh setelah sang istri ini menyelesaikan masa Iddah. Awal mula sang suami ini tidak terima karena harus menikah dengan bibinya sendiri yang bahkan terlihat sudah hampir renta. Namun terlewati hari-hari, terlewati bulan-bulan dan tahun, suami bahkan tak mengeluh lagi kepada keluarganya, yang mana memang sang istri ini telah sangat tua renta dan sakit-sakitan sementara sang suami masih berumur sekitar 40 tahun, masih terlihat gagah.


Sampai suatu ketika keluarganya mendatangi suami ini, mereka merundingkan tentang pernikahan kedua bagi sang suami karena memang istrinya ini telah tua renta dan sakit-sakitan. Sang suami pun menjawab tawaran dari ayah dan paman-pamannya ini, "Tidak usah ayah, aku tidak memerlukannya, aku tak akan mampu menduakan wanita satu itu," sang ayah dan paman-pamannya pun terheran dan bertanya mengenai alasannya, suami ini menjawab, "Sungguh tak pernah kudengar sedikit dia mengatakan 'tidak' kepadaku, ia membesarkan hatiku, memuliakanku dan menyenangkan hatiku, tak pernah sedikitpun wajah masam dia tunjukkan kepadaku."


Cerita ini mengingatkan kepada sosok Sayyidah Khadijah yang bahkan tak pernah berkata 'tidak' kepada Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Maka mulailah perubahan, bukan justru menunda dengan alasan suamimu tak sebaik Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, suamimu tak shalih. Karena sejatinya betapa banyak suami-suami yang tidak shalih namun mendapatkan istri yang sangat shalihah. Sebagaimana Sayyidah Aisiyah yang bersuamikan Fir'aun, yang merupakan seburuk-buruknya suami, namun beliau, Sayyidah Aisiyah tetap oleh Allah dijadikan bagian dari pemimpin surga karena keridhoannya atas suaminya. 


Begitupun sebaliknya, betapa banyak suami yang shalih namun mendapatkan istri yang tidak shalihah. Sebagaimana istri Nabi Nuh yang dilaknat oleh Allah padahal dia merupakan istri seorang Nabi, namun tetap saja tak menjamin surga baginya, ia tetap mendapatkan laknat ketika dia tak patuh kepada Allah. Maka tersenyum dan berbahagia dengan modal pertama meluaskan hati, lapangkan hatimu, karena hati yang lapang tak mudah dikotori dengan sesuatu apapun. Ibarat lautan yang tak mudah terkena kotor oleh sebab luas dan kelapangannya, sekalipun kejatuhan bangkai babi tak akan mengubah hukumnya menjadi najis, berbeda dengan air sedikit bahkan ketika jatuh kotoran binatang didalamnya sudah berubah hukumnya menjadi najis.


Sungguh permasalahan rumah tangga itu tidak bergantung dari seberapa berat permasalahan yang dihadapi, semua itu hanya bergantung dengan kelapangan hati. Dimana cara melapangkan hati ialah dengan meletakkan segala sesuatu pada hal-hal yang besar, jangan sebaliknya, jangan letakkan kelapangan pada sesuatu yang kecil. Pikirkan bagaimana cara menjadi seorang perempuan yang pantas masuk ke dalam surga, niscaya hatimu akan seluas surga, yang mana surga ini lebih luas dari langit dan bumi. Pikirkan urusan akhirat, pikirkan hubunganmu dengan Allah, hubunganmu dengan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, niscaya hatimu akan lebih lapang. 


Setiap melihat suami teringat Allah, ketika suami sedang menyenangkan hati, teringat surga yang indah, sementara ketika suami sedang tidak menyenangkan hati, teringat bahwa surga memanglah berat untuk mendapatkan dan memasukinya. Jika kamu seperti ini hatimu akan luas, karena tiada satupun dihatimu selain Allah, yang memang tiada satupun yang lebih agung selain Allah. Sebagaimana Allah bersabda dalam hadits qudsi, "Aku tidaklah ada pada seluas langit, Aku tidaklah ada pada seluas bumi melainkan Aku berada pada hati-hati hamba-Ku yang luas."


Sejatinya seorang istri diakhirat kelak tak akan ditanya tentang mengapa suamimu tidak menafkahi, tentang mengapa suamimu marah kepadamu dan berkata kasar, atau tentang mengapa suamimu berani menikah lagi, Allah hanya akan bertanya kepada seorang istri, tentang mengapa kamu marah kepada suamimu, tentang mengapa wajahmu masam dihadapan suamimu, tentang mengapa kamu tak ridho kepada suamimu. Karena sungguh dalam hadits dikatakan bahwasanya barangsiapa seorang istri mengingkari kebaikan suaminya, niscaya istri ini akan dimasukkan kedalam neraka jahanam. 


Kamu tak akan dihisab oleh Allah dengan bagaimana suamimu memperlakukanmu, melainkan kamu, seorang istri dihisab atas perbuatanmu kepada suamimu. Maka jadilah istri yang shalihah, istri yang menyenangkan ketika dipandang dengan selalu tersenyum tulus kepada suami. Berdoalah untuk selalu dimampukan untuk mengikuti Sayyidah Fatimah, mengikuti Sayyidah Khadijah. Yang mana terkadang kebanyakan istri dalam doanya ini hanya sibuk berdoa agar suami selalu memperlakukannya dengan baik, agar suami tidak berpaling darinya, mereka lupa untuk meminta kepada Allah agar dimampukan menjadi istri yang shalihah bagi suami, agar lisannya tak mudah menyakiti hati suami. 


Salah satu alasan mengapa seorang istri terhalangi menjadi istri yang shalihah bagi suami, yakni kebanyakan perempuan mengaku cinta kepada suami namun cintanya kepada diri sendiri terlampau besar menandingi cintanya kepada sang suami. Maka belajarlah untuk tidak terlampau mencintai diri sendiri lebih daripada cintamu kepada sesuatu. Cintai suami, cintai anak-anak, cintai Allah dan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam lebih besar dibandingkan cintamu kepada diri sendiri. 


Jadilah yang menyenangkan ketika dipandang, berpenampilan yang cantik selalu dihadapan suamimu, jangan justru menjadi cantik hanya ketika menghadiri suatu acara formal sementara dirumah penampilannya begitu buruk. Sebagaimana Hubabah Maryam mengatakan, "Perempuan di negeri kamu (Indonesia) ini terbalik-balik, mereka ketika keluar rumah begitu cantik, harum sementara ketika dirumah seperti jin."


2. Lalu yang kedua jadilah wanita atau istri yang patuh dan taat selagi bukan melanggar syar'iat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ikuti jika dia memang misal menginginkan kamu memakai pakaian dengan warna ini, tidak menginginkan kamu bergaul dengan teman yang ini ikuti. Jangan ditaati ketika melanggar perintah Allah, misal suami meminta melepas hijab, ini tidak perlu dipatuhi tidak wajib ditaati. Intinya ialah taati suami namun juga jangan menyakiti hati suami. Jangan pernah mencampur adukan ketaatan yang satu dengan yang lain, menabrakkan aturan yang satu dengan yang lain. Misal suami meminta untuk didampingi menghadiri acara formal, sementara ibu meminta didampingi untuk ke rumah sakit. Maka jangan bingung, patuhi keduanya jangan justru menyakiti hati salah satunya.


Jika ibu memang sakit berat dan minta didampingi, cobalah minta izin kepada suami untuk mendampingi ibu terlebih dahulu, sungguh suami yang shalih pasti akan mengerti. Sementara jika ibu hanya sekedar sakit flu, maka cobalah bicara dengan baik kepada ibumu tanpa menyakiti hatinya, minta izin untuk mendampingi suami, In Syaa Allah ibumu pun akan mengerti. 


3. Dan yang terakhir jadilah istri yang dapat menjaga diri dan menjaga harta suami karena istri yang shalihah adalah istri yang dapat menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya. Istri yang shalihah bukanlah seorang istri yang genit kepada laki-laki lain ketika suami tak berada dirumah. Mungkin kamu berpikir suami tak akan mengetahui namun sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatunya. Janganlah kamu wahai perempuan, wahai wanita yang shalihah, menjual harga diri dengan begitu murah, jaga hati dan harga dirimu dengan sebaik-baiknya penjagaan, karena dengannya Allah akan memberikan surga yang bisa dimasuki dari pintu manapun. Maka jangan sampai digadaikan hanya karena suatu pemberian yang lebih, yang tidak bisa suamimu berikan. Karena tak ada satupun di bumi dan langit yang lebih mahal dibandingkan surga. Terlebih hanya sekedar menjual perhatian semata. 


Termasuklah pula perempuan-perempuan yang belum menikah, ketika ijab qobul belum terjadi, maka harga dirimu jauh diatas perhatian yang diberikannya, jangan mau menggadaikan surga hanya karena perhatian-perhatian kecil. Pada pacarmu itu katakan, "Putuskan atau halalkan," jangan mau menjadi alasan bagi malaikat untuk terus mencatat amal burukmu hanya karena cinta yang tidak halal. Sebab apalagi yang akan kamu cari selain surga. Dan untuk istri yang shalihah jagalah harta suami yang dititipkan kepadamu.


Tips dan Trik untuk para istri yang ingin rumah tangganya sakinah mawadah warahmah diantaranya, yaitu:

1. Jangan pernah sekalipun tinggalkan kesempatan untuk shalat berjamaah dengan suamimu, karena dengan shalat berjamaah bisa menyatukan hati yang In Syaa Allah akan Allah pandang kita berdua.

2. Setiap masuk rumah setelah mengucapkan salam, jangan lupa membaca ayat kursi ini berlaku bagi siapapun, boleh pula menambah dengan membaca Al-Ikhlas agar rezeki selalu dilancarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

3. Untuk istri yang hati suaminya selalu merasa gundah bahkan dalam rumah, maka setiap masuk ke dalam kamar, bacalah sepenggal dari surah at-taubah ayat 128-129.

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA