Gus Baha: Adab Sopan Santun Bertamu di Rumah Ulama

Gus Baha: Adab Sopan Santun Bertamu di Rumah Ulama



Gus Baha merupakan salah seorang ulama muda kelahiran Rembang. Pada beberapa kesempatannya mengisi pengajian, beliau sering kali menyampaikan adab sopan santu bertamu di rumah para ulama. Bahkan Gus Baha sendiri termasuk kategori ulama yang tidak suka untuk disowani. Hal ini tujuannya dalam rangka mendidik umat muslim agar memiliki aturan ketika bertamu kepada ulama. Menurut beliau seorang ulama itu sangat menjaga lisannya, tidak banyak berbicara dan hanya berkenan bicara panjang kali lebar serta serius ketika mengaji saja.


Salah satu hujjah beliau dalam memegang prinsip tersebut adalah ayat 53 Surah Al-Ahzaab. Seorang ulama memiliki tanggung jawab yang besar, menjadi cahaya sebagai penerang orang-orang yang ada di sekitarnya. Apalagi ketika ulama tersebut memiliki tanggungjawab untuk mengajar santri, tentu mengaji sudah menjadi tugas pokoknya. Sehingga ketika urusan mengaji itu selesai, kepulangannya di rumah, waktu sepenuhnya menjadi hak miliki keluarga. Sepatutnya seseorang tidak sowan di waktu-waktu tersebut. Jikapun sowan dikarenakan masalah yang sangat penting, maka segera mungkin untuk berpamitan undur diri.


Risalah Islam yang dibawa Rasulullah SAW telah memberikan aturan yang sedemikian sempurna kepada setiap umat muslim. Selain mengatur hubungan antara hamba dengan peciptaNya (hamblum minaAllah), jugu turut mengatur hubungan sesama hamba (hablum minannas). Al-Qur’an sendiri menjadi pokok pedoman hidup, juga menjadikannya sumber nilai serta petunjuk dalam melalukan berbagai aspek kehidupan bagi umat muslim. Sebagaimana yang tercantum di dalam Surah Al-A’raf ayat 2:


كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِيْ صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهٖ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

“Inilah Kitab yang telah diturunkan kepadamu Muhammad, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-A’raf ayat 2)


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap insan akan mengalami proses interaksi dengan sesama (hablum minannas). Cara berinteraksi yang baik itu memiliki sebuah aturan yang biasa disebut adab sopan santun. Beretika sangatlah penting bagi manusia, karena dengan etika manusia bukan hanya mengetahui pandangan atau teori mengenai baik dan buruk suatu kehidupan. Melainkan dapat juga mempengaruhi atau mendorong manusia membentuk hidup yang menghasilkan kebaikan paripurna.

Salah satu gambaran adab sopan yang sudah dicontohkan di dalam Al-Qur’an yaitu tentang tata cara bertamu. Allah SWT telah berfirman di dalam Surah Al-Ahzaab ayat 53 yang berbunyi:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا


“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai maka, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperlua) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hari mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istri selama-selamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh yang demikian itu sangatlah besar (dosanya) di sisi Allah.”

Tafsiran Ayat


Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili di dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini memilik arti sebuah tuntunan menjaga adab, etika, dan tata krama kepada Rasulullah SAW. Bagaimana menghormati beliau serta menjamin privasi dan kenyamannya di dalam rumah. Adab sopan santun kepada Rasulullah SAW tidak hanya sebatas pada masalah masuk ke dalam rumahnya saja, melainkan mencakup keluar atau pergi meninggalkan rumah beliau, setelah keperluannya sudah selesai, seperti dalam memberikan fatwa (Hadis) atau ikut makan atas undangan beliau.


Inilah adab dan etika yang bersifat umum. Tidak hanya berlaku bagi Rasulullah SAW saja. Tetapi juga mencakup segenap kaum muslim. Maka haram hukumnya tetap berlama-lama di dalam rumah seseorang jika itu sangat mengganggu dan merepotkan shahibul bait.

Selanjutnya di dalam ayat di atas juga dijelaskan mengenai adab meminta sesuatu yang diperlukan si tamu kepada istri-istri Rasululllah SAW. Hal ini harus dilakukan dengan adanya hijab, tirai penutup atau penghalang. Dua pelajaran berikutnya yang bisa dipetik dari di atas yaitu mengenai larangan dan menganggu Rasulullah SAW, serta larangan menikahi istri-istri beliau setelah ditinggal wafat.


Asbabun Nuzul

ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Qatabah dan al-Waqidi, yang diturunkan pada waktu pagi hari di acara pernikahan Rasulullah SAW dengan Zainab bin Jahsy, yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah tahun kelima Hijriyah. Pernikahan tersebut memiliki keistimewaan sendiri sebab Allah SWT yang memberikan perintahNya secara langsung. Diawali dari keterangan adab dan etika sosial untuk melindungi Nabi Muhammad SAW dari situasi yang membuatnya repot dan tidak nyaman.

Akan tetapi, Rasulullah SAW sendiri tidak kuasa untuk menegur dan melarang mereka, karena beliau adalah sosok yang sangat pemalu, merasa sungkan dan tidak enak hati, hingga Allah SWT pun akhirnya menurunkan kepada beliau sebuah wahyu yang berisikan tentan larangan terhadap hal tersebut. Allah SWT tidak akan sungkan-sungkan untuk menerangkan yang haq, yaitu perintah agar mereka segera pergi membubarkan diri serta melarang mereka tetap duduk-duduk di sana.       


Sumber : Ulama Perempuan Center 

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA