MANAQIB ALBUSYRO - NGAJI KITAB SITTIN AL-ADHLIYAH WITH BUNYAI HJ NUR EKA FATIMATUZZAHRO


🥀Manaqib Albusyro - Ngaji Kitab Sittin Al-Adhliyah With Bunyai Hj Nur Eka Fatimatuzzahro

📽️Ponpes Asshiddiqiyah 02 Batuceper Tangerang



Shalat jenazah hukumnya adalah Fardhu kifayah…u kita…dan qt d sini bukan hanya laki2 tapi wanita jg…dan pahalanya besar sekali..pahalanya satu gunung uhud…hanya sj tempat nya yg atur..dan mslh mengiring jenazah yg mnjdi kholafiyah…Karna menjaga perempuan itu sendiri agar tdk berdesak2an dngn orang laki2

Pahala shalat jenazah satu qirath atau satu gunung uhud.

Kalau sampai mengiringi k kuburan maka pahalanya 2 qirath


Bab berikut nya

Jihad yang kita fahami selama ini—begitu pula dalam tulisan di atas—seakan-akan hanya melawan musuh yang berupa manusia saja. Padahal, sebagaimana yang kita ketahui berdasarkan hadits Nabi SAW, jihad terbesar setelah perang badar kubro adalah jihad melawan hawa nafsu. 


Jika diinterpretasikan lebih dalam lagi, selain musuh berupa “hawa nafsu” maka masuk juga di dalamnya musuh-musuh yang berbentuk pemikiran-pemikiran liberal, radikalisme, fundamentalisme, westernisasi, aliran sesat, dan lain-lain. Termasuk juga musuh-musuh media. Inilah jihad media. 


Perihal jihadnya seorang perempuan dalam Islam, Ali Ibn Abi Thalib menjelaskan bahwa ketaatan yang baik kepada suami adalah bernilai jihad bagi perempuan. Dalam kitab “Hikam Ali Ib Abi Thalib”


Rupanya ketaatan yang baik kepada suami adalah jihad bagi seorang perempuan. Perlu digarisbawahi bahwa seorang istri wajib taat kepada seorang suami hanya dalam hal kebaikan saja, tidak berlaku untuk keburukan. Lantas kenapa harus susah payah mencari jalan yang susah jika mentaati suami adalah bernilai jihad bagi seorang perempuan?


Perempuan dan keberadaan generasi adalah satu jalinan mata rantai yang tak terpisahkan pengurusannya dalam sistem Islam kafah


Sebagai ibu, perempuan wajib merawat, mengasuh, mendidik, dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi generasi yang lebih baik dan mulia.



Setiap orang begitu juga dengan perempuan membutuhkan kehalihan untuk melindungi diri. Baik itu berupa ilmu pengetahuan, wawasan, hingga alat-alat yang dapat menjauhi dirinya dari pelaku tindak kriminal.

Perempuan yang menjaga dirinya dengan menyimpan senjata nyatanya pernah ada sejak di zaman Rasulullah. Kisah ini diceritakan dalam salah satu hadis shahih.



Jika selama ini kita mengenal sosok Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah dengan penuh kesabaran, dan istri-istrinya yang salehah, bahkan menjadi ibu dari semua orang-orang beriman (ummahatul mu’minin), maka tidak ada salahnya jika saat ini penulis menjelaskan salah satu sosok wanita yang sangat berperan dalam perjuangan Rasulullah, khususnya di saat meletusnya perang Uhud


Sungguh aku melihat Nusaibah saat itu berjibaku dalam menangkis serangan Ibnu Qami’ah yang bermaksud membunuh Rasulullah. Hingga ia terkena sabetan pedang yang tepat mengenai lehernya. Sebanyak 13 bekas sabetan pedang di sekujur tubuhnya, dan tangan yang hampir putus ialah bukti ketulusan cintanya kepada Rasulullah.” 



Sebagaimana jamak diketahui bersama, wanita memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan Islam, baik di masa-masa dikenalkannya Islam, yaitu masa Rasulullah, 


Di antara sekian banyak wanita itu adalah Ummu Imarah Nusaibah binti Ka’ab. Salah satu sahabat wanita yang berjumpa dengan Rasulullah dan beriman pada ajaran yang dibawanya. Kiprah dan peran wanita yang satu ini dalam perkembangan Islam layak mendapatkan apresiasi, bahkan sangat tepat jika mendapatkan julukan; the fighter woman (petarung wanita yang kuat).


Salah satu pakar sejarah Islam abad 13, Imam Khairuddin Mahmud bin Muhammad az-Zarkili ad-Dimisyqi (wafat 1396 H), dalam kitabnya menisbatkan julukan tersebut kepada sahabat wanita yang satu ini,dalam kitabnya disebutkan: أُمُّ عِمَارَة نُسَيْبَة بِنْتِ كَعَب بِنْ عَوْفِ، مِنْ بَنِي النَّجَّارِ: صَحَابِيَّةُ، اِشْتَهَرَتْ بِالشَّجَاعَةِ. Artinya, “Ummu Imarah Nusaibah binti Ka’ab bin A’uf, dari distrik an-Najjar. Salah seorang sahabat wanita yang terkenal keberaniannya. Ia tergolong sebagai prajurit perang pemberani dan patriotik.



Dalam sejarah dakwah Islam, ayat-ayat al-Qur'an yang menyeru untuk berjihad tidak hanya diarahkan kepada kaum pria saja. Namun untuk seluruh ummat Islam. Para istri sahabat Rasulullah SAW ikut serta dalam peperangan bersama suaminya. Mereka tidak menyingkir dari peperangan.

Di antara tugas yang dilakukan wanita muslimah adalah memberi minum kepada para pejuang serta merawat luka mereka. Bahkan di antara mereka ada yang maju di barisan terdepan di tengah suasana perang di antara kilatan pedang dan sambaran panah. Para pejuang yang terluka ataupun yang tertimpa musibah lain, mereka bawa ke dalam tenda-tenda perawatan.

Sayyidah Rafidah dianggap sebagai dokter wanita pertama dalam Islam. Rasulullah mendirikan tenda besar menyerupai sebuah rumah sakit saat ini khusus untuk beliau. Dalam menjalankan tugasnya, Sayyidah Rafidah dibantu para istri sahabat yang lain. Pada mulanya, ummat Islam membawa para pejuang yang gugur syahid ke kota Madinah untuk di makamkan di sana. Tugas ini ditangani para wanita muslimah. Mereka bawa para syahid ke kota Madinah. Mereka menggali tanah untuk pemakaman para syuhada. Setelah turun wahyu kepada Rasul agar para syahid di makamkan di medan perang, para wanita jugalah yang melaksanakan tugas tersebut.


Dalam suatu peperangan, pedang yang ada di tangan Khalid bin Walid patah. Melihat hal itu, istri Khalid yakni Ummi Tamim segera membantu sang suami dengan memberikan senjata yang baru agar dapat melanjutkan pertempuran. Demikian pula dengan Asma binti Abu Bakar, dia bantu sang suami Zubair bin Awam dengan persenjataan.


Bagaimanakah wanita zaman kini berjihad?

Pintu jihad bagi para wanita masih tetap terbuka. Apalagi di zaman yang dipenuhi kehidupan yang serba keras kini. Mereka menempati posisi strategis untuk menjadi benteng-benteng keluarga. Di saat para suami sibuk mencari kehidupan nafkah untuk keluarga, mereka mempunyai tanggung jawab mendidik mental dan akhlak anak-anaknya agar tidak turut terseret arus yang terus menyeretnya ke tubir kehancuran. Inilah bentuk tanggung jawab kaum ibu yang tidak ringan.


Bentuk tanggung jawab ini tidak jauh beratnya dengan para pasukan yang harus menghadapi musuh secara langsung di medan peperangan. 


Dari rumah kita masing-masing marilah kita kendalikan musuh agar kesewenang-wenangannya tidak terus merajalela. Dengan segala kesederhanaan kita ciptakan lingkungan yang Islami di lingkungan rumah masing masing dengan mengawal pemikiran anak-anak, mengawal mainan dan tontonan dan mengajarkan anak-anak pendidikan dan akhlak mulia, membudayakan membaca al-Qur’an di lingkungan keluarga termasuk shalat berjamaah Para Muslimah mempunyai peranan besar untuk memperbaiki kondisi ini terus menerus


Semoga Allah membimbing kaum perempuan agar senantiasa dalam kemuliaannya.


Penulis : Alfaqirah ila Maghfirati azza wajalla Bunyai Hj Nur Eka Fatimatuzzahro


Penyusun : almaidah 🥀

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA