SUKSES PARENTING ISLAM ERA MILENIAL ALA SALAF

 SUKSES PARENTING ISLAM ERA MILENIAL ALA SALAF

🧕🏻 Ustadzah Maha Ba'agil


Sesungguhnya kunci mendidik anak adalah dengan meninggalkan maksiat baru setelahnya mengajarkan kepada mereka untuk melakukan ketaatan. Ajarkan kepada anak-anak agar terhindar dari maksiat, biasakan mereka terdidik agar tidak bermaksiat kepada Allah, yakni tidak mendengar, melihat, melakukan sesuatu yang tidak disukai Allah, sebelum mengenalkan  tentang banyaknya ketaatan. Sebab terkadang orang tua banyak sekali melakukan ketaatan namun maksiat tetap saja jalan, inilah yang salah kaprah. Ibarat layang yang ingin terbang tinggi namun tak kuat, sehingga terus turun ke bumi. Sebagaimana salah seorang ulama yang dididik dan didoakan oleh sang ayah agar terhindar dari maksiat, ulama tersebut diajarkan untuk lebih dahulu menghindarkan diri dari kemaksiatan sampai dirinya sendiri benar-benar berada di titik sangat membenci kemaksiatan.


Dan sejatinya beberapa kata diatas termasuk bagian dari tarbiyah, yang mana tarbiyah bukanlah soal mengajarkan mereka tentang pendidikan umum, bukanlah soal ketika kita benar mengurus mereka tentang makan dan minum atau bahkan mandi saja. Habib Umar bin Hafidz berkata bahwa sejatinya tarbiyah ialah mengawasi perintah Allah telah benar-benar mereka jalankan dengan benar, atau dengan kata lain yakni mendidik jiwa agar selalu mengagungkan perintah Allah. Yang pada intinya segala sesuatu yang membuat Allah ridho, menjadi nomor satu dihati mereka. Pun bersemangat ketika menjalankan perintahNya.


Sayyidah Asma ketika sang anak yakni Abdullah bin Zubair hendak berperang, beliau tak berpesan kepada anaknya untuk berlatih panah atau pandai berpedang, melainkan justru meminta sang anak agar melepas baju besinya supaya tidak menghalangi sang anak dari mati syahid dijalan Allah pun mengenakan celana pada saat berperang agar tidak tersingkap auratnya. Bagi Sayyidah Asma kala itu, boleh saja berjihad namun aurat tetaplah menjadi penting bagi sang anak untuk dijaga dengan baik. 


Pada cerita lainnya, alkisah terdapat 2 orang pemuda yang amat  mencintai Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, yang mana salah satunya kala itu bertanya kepada pamannya yakni Abdurahman bin Auf mengenai Abu Jahal dengan niat ingin membunuh sang penghina Rasullullah, berlanjut disusul sang sepupu yang mengikuti dan bertanya kepada Abdurahman bin Auf tentang Abu Jahal dengan niat serupa. Keduanya sama-sama berlomba mencari dan membunuh Abu Jahal sebab perbuatannya yang telah menyakiti sang kekasih hati. Hingga dikumpulkan lah antara kedua pemuda tersebut dengan musuh mereka, Abu Jahal di medan perang. Disambitlah tubuh Abu Jahal dengan pedang tajam, sampai beliau benar-benar mati ditangan kedua pemuda tersebut. Ma Syaa Allah. Beginilah akibat baiknya didikan orang tua kepada anak-anaknya.


Habib Umar bin Hafidz berkata tugas ibu adalah memperbaiki manusia, jenis makhluk yang termulia. Tugas ibu bukanlah menjadi arsitek bagi anaknya, bukan level mereka untuk berurusan dengan tumbuhan, hewan dan benda mati. Para ulama mendidik anak-anak mereka dengan sangat ketat dan berhati-hati. Salah satunya Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, salah seorang ulama besar yang terkenal di Tareem. Kesuksesannya sebagai seorang ulama tak pernah terlepas dari peranan sang ibu, dari didikan sang murobbiyah.


Dimana pernah suatu ketika sang habib berbicara suatu perkataan yang dirasa kurang pantas bukan perkataan kotor, yang mana perkataan tersebut didengar oleh sang ibu. Sehingga diambilah siwak dan disiwak lah gigi beliau sampai gusi-gusinya hingga berdarah oleh sang ibu, sembari berkata, "Berkumurlah engkau dan bersihkan mulutmu, sembari berniat agar Allah membersihkan pula hatimu," betapa luar biasanya didikan sang ibu. Yang mana untuk mendidik hati, membicarakannya kepada anak kecil merupakan bagian yang pastinya sulit dilakukan oleh banyak orang tua.


Pernah pula diceritakan sang Habib dan saudaranya yakni, Habib Thahir, sepulang dari madrasah melihat ke arah pasar. Disana terdapat tontonan yang bagi anak-anak seusia mereka merupakan tontonan menarik, yakni penyembelihan unta. Habib Abdullah kecil bersama saudaranya yang penasaran pun masuk semakin masuk ke dalam pasar. Dimana di Tareem para ulama tidak memperkenankan para wanita juga anak-anak untuk pergi ke pasar, bagi mereka anak yang pergi ke pasar adalah aib, sebab rasa takut kecintaan dunia tertanam dihati anak-anak melebihi kecintaan akhirat sebab pergi ke pasar. 


Dan singkat cerita Habib Abdullah yang memasuki pasar kala itu tak sengaja dilihat oleh salah seorang pedagang, sehingga diberikanlah daging unta yang disembelih tadi sebagai hadiah karena mengetahui beliau ini merupakan anak ulama besar. Habib Abdullah kecil yang tidak bisa menolak mau tak mau menerima hadiah tersebut, dibawa pulang daging itu dan diberikannya pada sang ibu. Dan seperti yang diduga meskipun Habib Abdullah tak mengatakan bahwa beliau masuk ke dalam pasar untuk mendapatkan daging tersebut, ibunya tetap mengetahui. Sehingga dihukumlah beliau oleh sang ibu sebab rasa penasaran yang menggiringnya memasuki pasar. Inilah sedikitnya gambaran umum mengenai tarbiyah dan cara salaf kita dalam mendidik anak-anak mereka.


Prinsip mendidik anak, diantaranya yaitu :

1. Merasa memiliki tanggung jawab yang besar, setiap anak itu dilahirkan bersih, orang tualah yang mendidik pola pikir anak menjadi pola pikir nasrani, pola pikir majusi. Contoh misalnya kita biasakan mereka saat kecil memakai pakaian yang minim dan tidak tertutup. Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf mengatakan janganlah membiasakan anak-anak untuk memakai pakaian yang terlihat ketiaknya, biasakan mereka untuk memakai pakaian yang tertutup agar mereka terbiasa memelihara rasa malu. 


Sungguh didiklah anak-anak untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah dan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Dekatkan mereka kepada Rasullullah agar bisa berkumpul kelak disurga. Jangan dibiasakan mereka mendapatkan didikan ala barat. Sebab kesuksesan orang tua bukanlah dinilai dari anak-anak yang memiliki masa depan yang cerah dengan kekayaan hartanya. Orang tua yang sukses adalah mereka yang berhasil mendidik anak sukses diakhirat kumpul bersama dengan Rasullullah.


Cetaklah anak untuk investasi akhirat, dimana investasi paling menguntungkan bukanlah dengan menanam banyak saham pun menumpuk banyak emas, investasi paling menguntungkan ialah ketika anak-anak kita selalu mendoakan kita bahkan saat sudah menutup mata, selalu mengadakan tahlil bagi orang tuanya sehingga menjadi penenang dikuburan sana. Jangan mendidik anak untuk terbiasa menjadi kaya dan terkenal, berilah mereka apresiasi apabila mereka melakukan kebaikan misalnya menjaga diri dari kemaksiatan.


2. Mendoakan anak, berdoalah dengan khusuk. Sebab doa orang tua lebih afdhol dibanding doa ribuan wali. Disarankan pula bagi para orang tua untuk mendoakan sang anak pada saat setelah azan, In Syaa Allah akan terijabah. Doakan mereka selalu dalam hal kebaikan, jangan pernah mendoakan mereka dengan keburukan bahkan saat marah sekalipun. Jika bisa, adakan pula gathering time, kumpul bersama dengan anak-anak, cucu dan seluruh keluarga selain untuk mengobrol namun juga untuk melakukan hal yang bermanfaat, seperti belajar bersama membaca kitab, ataukah membaca Al-Qur'an. 


3. Memilah teman, awasi teman sebaya anak, bukan hanya teman di sekolah saja, teman diluar segala aktivitas seperti teman di medsos. Awasi mereka, jangan sampai kita luput dari pengawasan, sehingga mereka mendapatkan teman yang jelas jauh dari membicarakan akhirat, semisal membicarakan tentang percintaan dan pacaran yang pastinya membawa pengaruh buruk, bahkan lebih parahnya anak kita jadi tertular mengikuti perbuatan mereka. Sebab sesungguhnya seseorang tergantung teman duduknya. Maka hendaknya kita sebagai orang tua awasi mereka, dengan mencari tahu pula tentang teman-teman mereka. Jika itu baik maka baguslah bagi mereka, jika itu buruk maka kita ajarkan dan arahkan mereka agar menjauhkan diri dari orang-orang yang fasik, yang jauh dari Allah.


Habib Ali Al - Habsy berkata, "Janganlah berteman dengan orang yang fasik, sesungguhnya aku melihat seseorang menjadi rusak perilakunya karena berteman dengan orang yang fasik," sungguh pintu seorang anak ialah berasal dari mata dan hati, segala sesuatu yang ditangkap oleh mata dan telinga pastilah akan langsung mengena kepada hati. Berapa banyak pandangan mata yang dijatuhkan, menjadi sebab seseorang berpaling dari jalan Allah hingga maut menjemputnya. Bahkan hanya karena salah memilih teman. Maka berhati-hatilah untuk orang tua, awasi anak-anak, dekati dan bicara kepada mereka termasuk perihal pertemanan.



Penulis : @ay_zkha 

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA