TRUE BEAUTY ISLAMI Ning Balqis Iskandar

 TRUE BEAUTY ISLAMI

Ning Balqis Iskandar




Menjadi Cantik itu sejatinya merupakan impian bagi setiap perempuan, namun pada kenyataannya tak semua orang mampu menghargai kecantikan yang kita miliki. Yang mana kecantikan merupakan berlian, yang hanya bisa dilihat dan dimengerti oleh seseorang yang memang tahu betul nilai dari berlian tersebut. 


Syeikh Mutawalli al-Sya'rawi, _"Pada dasarnya setiap wanita itu cantik, kemudian mereka berhias untuk lebih mempercantik dirinya. Maka sesungguhnya, perhiasan hanyalah sesuatu yang bertujuan untuk menambah esensi kecantikan mereka."_


Yang mana pada dasarnya apa yang kita lakukan untuk menambah kecantikan fisik bukanlah sesuatu yang _primer_, bukan sesuatu yang wajib dilakukan dan difokuskan oleh wanita untuk ahli dalam berhias demi menambah esensi kecantikan fisik. Yang lebih diperlukan adalah menambah esensi kecantikan hati, kita harus mau mengimbangi kecantikan fisik yang kita miliki dengan kecantikan batin. 


Maka hendaknya kita para wanita, tugas selanjutnya yang perlu dilakukan, diantaranya yaitu :

1. _Tidak berlebihan_, boleh saja berhias demi menambah esensi kecantikan atau untuk tampil menarik, memang dianjurkan namun tidak diperkenankan untuk berlebihan. Beberapa ulama perempuan mengatakan, bahwasanya menuntut ilmu itu sudah berat maka perlu diringankan dengan berpenampilan rapi, elok dan baik dipandang mata. Yang memang semuanya harus diatur sesuai porsinya.

2. _Tidak mengumbar kecantikan sembarangan_. Kita ketahui bahwa antara wanita dan pria itu memiliki berbagai batas. 

3. _Mengimbangi dengan kecantikan batin_, yang sebenarnya membuat kita bernilai itu bukan hanya sekedar kecantikan fisik saja, yang membuat kita bernilai bukan hanya dimata manusia namun juga Allah ialah keindahan batin, baiknya akhlak. Maka perbaiki hubungan dengan Allah untuk mempercantik batin dan memperbaiki akhlak, sebab secantik apapun dan seelok apapun manusia diciptakan tidak akan pernah berarti apapun dimata Allah.


Dikatakan bahwasanya keelokan rupa seorang pemuda tidak akan memberinya manfaat, jika akhlaknya tidak baik. Maka jangan jadikan keelokan rupa sebagai acuan baik seseorang, sebab tidaklah semua yang dipoles oleh besi adalah batu mulia.


Hendaknya pula perempuan mengimbangi kecantikan dengan ilmu. Jaga pula iffah, yakni rasa malu, dimana memang banyak sekali kini kita temui perempuan yang kehilangan perhiasan malunya, mereka menutup aurat namun tak memelihara rasa malu. Sehingga iffah diperlukan disini sebagai tanda syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memelihara kita.


Dan sejatinya pakaian takwa ialah pakaian yang terbaik, kita menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Jika tiada takwa maka tak akan berharga kita dimata Allah, sehingga percumalah kita perbagus pakaian dengan perhiasan apapun, jika ketakwaan tak menjadi salah satu diantara perhiasan itu. 


Pahamilah pula dengan ilmu, kita diberikan batasan mengenai aurat. Wajib bagi perempuan untuk menutup auratnya ketika dirinya memasuki waktu akil baligh, harus pula mengerti batasan antara lelaki non mahrom, jangan terlalu intens saat berkomunikasi termasuk pula sembarangan membuka aurat, meskipun sudah memiliki hubungan terikat seperti bertunangan. Dalam Islam semuanya telah diatur. 


Juga pahami sejatinya tempat pandangan Allah ialah hati manusia. Allah tak akan peduli seindah apa kecantikanmu, seelok apa pakaianmu, dan segemilau apa perhiasanmu. Yang Allah pedulikan, yang Allah jatuhi pandangan hanyalah hati manusia. Percuma kita memakai pakaian begitu tertutup, pakaian yang hitam, namun ketika memandang perempuan lain yang belum sempurna dalam menjaga aurat kita pandangi dengan remeh. 


Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda, "Tidak akan masuk surga seseorang yang memiliki sebiji dzarah kesombongan," maka jaga hati kita. Sebagaimana para wali tareem yang ketika melihat seseorang yang memang belum sempurna entah itu menutup aurat atau apapun, mereka langsung katakan, "Semoga hidayah Allah segera menghampirinya."


Kedepankan akhlak, ilmu dan takwa yang kita miliki, lebih jaga hati kita pula. Namun bukan berarti tak menjaga penampilan, terlebih bagi perempuan yang kelak akan menjadi seorang istri, ia harus mengetahui betul bagaimana cara menyenangkan selalu hati suaminya. Jangan sampai berpakaian lusuh dihadapan suami, sementara diluaran terlihat begitu cantik. 


Dan salah satu panutan, teladan wanita, teladan cantiknya muslimah ialah Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Kecantikan beliau merupakan kecantikan yang paling baik untuk diteladani, sebagaimana Habib Umar bin Hafidz berkata, "Sudah seharusnya wanita meneladani kecantikan Sayyidah Fatimah Az-Zahra dalam berbagai hal, entah itu sosoknya sebagai seorang anak, seorang istri maupun seorang ibu."


Teladani rasa malu darinya, yang mana rasa malu merupakan bagian dari cabang-cabang iman. Sebab rasa malu jika seandainya kita pelihara, akan mengimbangi kecantikan fisik yang kita miliki agar tidak berlebihan ditampakkan, sehingga mengundang syahwat bagi para lelaki. Yang membuat kita terjerumus ke dalam hal-hal yang mendekati perbuatan zina. 


Sayyidah Fatimah Az-Zahra merupakan teladan wanita yang memiliki rasa malu sangat tinggi. Beliau dikatakan menyukai pakaian berwarna hitam, karena warna tersebut tidak terlalu mencolok ketika dikenakan. Maka boleh saja kita meniru beliau namun esensi yang paling harus kita tiru dari beliau adalah rasa malu, _'al-hayya'_ jangan sampai kita pelihara pakaian kita, kita sempurnakan untuk menutupi aurat kita namun rasa malu tak mampu kita jaga. 


Jaga. Sebagaimana diceritakan suatu ketika Sayyidah Fatimah Az-Zahra pernah menangis sebab membayangkan bahwa ketika meninggal kelak tubuhnya akan dikafani dan dibawa tanpa menggunakan penutup apapun, sehingga nampaklah lekuk tubuh beliau kelak. Ma Syaa Allah. Itulah sosok pemalu Sayyidah Fatimah Az-Zahra yang bahkan tak rela lekuk tubuhnya terlihat oleh sembarang pria.


Perlu pula bagi kita untuk meneladani rasa qana'ah yang beliau miliki. Yang mana Sayyidah Fatimah Az-Zahra, merupakan sosok yang sangat ridho dan diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan menghiasi dirinya dengan rasa qona'ah. Maka perlu bagi kita untuk memiliki perasaan tersebut, terlebih dizaman yang keinginan tak mampu terbendung. Sungguh sifat qona'ah itu sulit dimiliki perempuan, namun apabila dimiliki ini akan memperindah kehidupan pernikahan yang dimiliki. 


Teladani pula keilmuan dan akhlak yang beliau miliki. Mungkin memang beliau tidak seperti Sayyidah Aisyah yang meriwayatkan banyak hadits, megisi berbagai majelis ilmu. Namun bukan berarti ilmu yang beliau miliki tidak tinggi dan luas, beliau dididik oleh manusia termulia Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, sehingga ilmu itu sendiri terlihat dari keseharian yang beliau jalani. Betapa banyak kitab yang membahas tentang akhlak Sayyidah Fatimah Az-Zahra, inilah salah satu dari banyaknya bukti.


_"Menjadi cantik bukanlah sesuatu yang terlarang. Tapi tujuan dan bagaimana menjaga kecantikan itu, adalah hal yang harus kita pelajari dan amalkan. Seorang muslimah sudah sepatutnya memegang kiat prinsip syariah dalam segala tampilan dan kesehariannya. Maka senantiasa imbangi cantik fisikmu dengan cantik batinmu, dengan ilmu, akhlak, dan menjaga kehormatan diri."_

*~Ning Balqis Iskandar*


*Catatan Tambahan :*


Batasan Pakaian Syar'i, yakni,

1. Menutupi aurat yang tidak boleh tampak 

2. Tidak tipis dan tidak menerawang

3. Tidak ketat dan membentuk lekuk tubuh 

4. Tidak berdasarkan trend

5. Tidak menyerupai pakaian lelaki, pakaian orang kafir, norak yang bertumpuk-tumpuk


Cara menumbuhkan rasa malu, yaitu,

1. Membatasi pergaulan dengan lelaki, yang biasanya kita tidak menjaga jarak, maka kita perlu menarik diri jika memang tidak ada kepentingan yang begitu darurat, udzhur syar'i.

2. Milikilah lingkungan pertemanan antara perempuan yang memang terbiasa menjaga rasa malu, agar kitapun terbiasa untuk juga memelihara rasa malu.


Cara menjadi muslimah yang seimbang antara dunia dan akhirat, yang mana Imam Syafi'i mengatakan bahwa sejatinya kunci antara dunia dengan akhirat ialah ilmu. Maka bagi kita semua yang belum menikah hendaknya memaksimalkan ilmu sebanyak mungkin dan mengamalkannya pula dalam kehidupan sehari-hari.


Dan bagi perempuan hendaknya menjaga diri mereka dari membicarakan keburukan orang lain, sebab Allah sendiri yang mengatakan dalam Al-Qur'an untuk jangan membicarakan keburukan saudaranya, Allah bahkan mengibaratkan seseorang yang membicarakan keburukan orang lain seperti memakan daging saudaranya sendiri. Jadi jauhi sebaik mungkin. Adapun alasan lainnya, sungguh sejatinya membicarakan aib orang lain akan menutup mata kita untuk memandang aib yang kita miliki. Juga menghalangi ibadah kita diterima sebab bisa jadi orang yang kita bicarakan tidak ridho, sehingga hal ini menghalangi Allah pula untuk meridhoi kita.

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA