Bagaimana Dakwahnya Anak Muda?

 Bagaimana Dakwahnya Anak Muda?

Habib Muhammad bin Jindan



Habib Umar bin Hafidz berkata dakwah adalah mengerahkan pikiran dan juga amalan dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode yang membuat orang-orang mendekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dakwah menjadikan seseorang yang menghamba kepada selain Allah misal menghamba pada hawa nafsunya, menjadi sangatlah dekat kepada Allah, mereka kembali menghamba kepada Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman bahwasanya, "Hendaklah dari kalian terdapat umat yang mengajak orang-orang kepada kebaikan."


Dakwah itu sejatinya menyampaikan pesan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam kepada yang lain, sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda, "Sampaikan dariku walaupun satu ayat," dengan maksud kita mengajak orang untuk mendekat kepada Allah melalui Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, bukan sebatas karena nafsu yang ada dalam diri kita. Bayangkan bahwa setiap lisan yang kita gunakan untuk dakwah itu merupakan lisannya Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, yakni tidak ada sedikitpun lisan yang kita keluarkan untuk berdakwah kecuali itu bersumber dari Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. 


Dan hendaknya kita mengajak seseorang kepada kebaikan, dengan kebaikan pula. Jangan mengajak orang pada kebaikan namun dengan cara kemungkaran. Sungguh dakwah itu tidak hanya sekedar mengajak, namun juga mengerahkan. Dimana hukum berdakwah seorang muslim itu wajib dan dakwah yang wajib pun paling penting, ialah dakwah kepada diri  sendiri.


Catatan : Yang dimaksud membangun sosok pribadi seorang pendakwah itu luas, mencakup memiliki ilmu yang benar, manhaj yang benar, niat yang benar. 


Dan ilmu yang harus dipelajari bagi seorang pendakwah, seorang da'i yakni ia mengambil ilmu yang lebih dari fardhu ain, ia pelajari fardhu kifayah, yang mana mencakup diantaranya adalah Ilmu Qur'an, Ilmu Hadist, Ilmu Fiqih, Hukum-hukum Syar'iat. Tidak bisa dikatakan seorang da'i yang hampir sampai tahap sempurna jika perkataan mereka tidak didasari dari sumber yang jelas, dari Al-Qur'an, dari hadits Rasullullah, dari hukum-hukum Syari'at. Paling tidak seorang penda'i itu mampu membaca Al-Qur'an dengan benar, dengan mutqin, dan bernasab, jangan sampai mendakwahi seseorang dengan Al-Qur'an namun tidak mampu membaca Al-Qur'an dengan benar, tentu orang awam pasti akan meragukannya.


Lalu perlu diketahui pula bahwasanya orang yang tidak bisa membaca Al-Qur'an bukan berarti bukan seorang pendakwah hanya saja da'i yang seperti ini tidak akan meluas, ia tak akan mampu membahas seluas bahasan da'i yang menguasai Al-Qur'an. Da'i ini pula tidak mampu memikul beban yang dibebankan pada da'i yang sudah paham ilmu-ilmu Al-Qur'an. 


Catatan : Bekal bagi seorang pendakwah, yaitu pelajari Ilmu Al-Qur'an, Ushul Al-Qur'an, Ilmu Hadist, Ushul Hadist, Ilmu Fiqih, dan Ushul Fiqih.


Catatan : Hendaknya mempelajari ilmu hadits bagi pemula seperti kitab Mukhtarul Hadist, Arbain Nawawi dsb. 


Catatan : Kita pun harus mempelajari tentang dalil-dalil karena banyak sekali hal-hal yang subhat yang bertumbuh seiring berkembangnya zaman. Dan hendaknya dalam memahami dalil bukan untuk beradu argument semata, melainkan kita mempelajari dalil-dalil ini untuk memberikan keyakinan kepada diri kita sendiri, untuk dijadikan pegangan, dan untuk orang-orang yang memang bertanya pada kita secara pribadi bukan sekedar untuk berdebat. Jika diajak atau menemui orang yang suka sekali berdebat tentang dalil, tinggalkan.


Catatan : Cara dakwah seorang perempuan berbeda dengan lelaki, misalnya lelaki boleh berkhutbah sementara perempuan tidak, lelaki bebas berdakwah ditempat umum sementara perempuan memiliki batasan-batasannya. Namun dikatakan dakwahnya seorang perempuan itu mencakup pula didalam rumah-rumah mereka, misal saja seorang ibu yang mendidik anak-anak mereka dengan budi pekerti yang luhur, ini termasuk bagian dari dakwah bahkan dikategorikan dakwah yang besar. Perempuan pun bisa mulai berdakwah dengan cara mendakwahi dirinya sendiri terlebih dahulu, ini pun termasuk bagian dari dakwah.


Sungguh dalam dakwah terdapat pula Medan Dakwah, yang mana tidak harus berdakwah itu ceramah, tidak harus berdakwah itu mengarang kitab. Dakwah sangatlah meluas. Namun tetap yang paling penting adalah mendakwahi diri kita sendiri, sebab sejatinya sangatlah mudah untuk mendakwahi seseorang ketika kita sendiri pun sudah tuntas mendakwahi diri sendiri, misalnya saja kita yang menjaga hawa nafsu, menjaga anggota-anggota tubuh dari segala perbuatan maksiat, yang kemudian penjagaan ini menjadi jalan bagi kita agar Allah permudah hati setiap orang-orang yang akan kita dakwahi menjadi lebih lapang, mudah menerima.


Catatan : Anak mudah sangatlah penting untuk berdakwah, namun dalam konteks mendakwahkan sesamanya, yang mana memang ketika anak muda mendakwahi seseorang yang seumuran bahasa yang digunakan pun akan lebih dipahami, ibaratkan saja seorang anak kecil, bisa antara anak kecil mendakwahi anak lainnya, namun tidak bisa seorang anak kecil mendakwahi orang yang dewasa, akan sulit.  


Catatan : Imam Al-Haddad mengatakan, "Diri itu akan lebih condong pada sesuatu yang baru," yang mana beliau ini selalu mengarang kitab yang disesuaikan dengan zaman, disesuaikan dengan sesuatu yang lebih condong dizaman tersebut. Karena memang zaman itu semakin berkembang, semakin berubah. Katakan saja ulama-ulama terdahulu mungkin mudah perkataan beliau-beliau ini dipahami oleh ulama yang lain, berbeda dengan orang awam, tidak mudah bagi mereka untuk memahami perkataan ulama terdahulu. Maka dari sinilah ulama yang sekarang menyampaikan kalam-kalam ulama terdahulu dengan cara mengolah bahasa misalnya, guna membantu orang awam agar lebih mudah memahami ilmu yang disampaikan ulama terdahulu. 


Catatan : Jika memang kita merasa kurang dalam hal ilmu, maka sebarkan materi yang didapat dari majelis ilmu. Bukan artinya kita merasa kurang dari ilmu namun kita hanya berdiam diri. 


Catatan : Cara paling efektif dalam berdakwah maka lihat terlebih dahulu lingkungan yang ditinggali atau yang hendak didakwahi, jika kita mengetahui bahwa kita berada di lingkungan santri maka dakwahi dengan cara kita tambah ilmu, tambah pemahaman lebih luas, minimal sedikit lebih tinggi dibandingkan pemahaman santri lain, berbeda halnya jika kita tinggal diantara lingkungan orang-orang kafir, maka kemas Islam yang baik, jangan tunjukkan Islam yang buruk didalam lingkungan tersebut, dan jika kita tinggal diantara orang-orang yang sudah tuntas melaksanakan yang wajib, maka dakwahi dengan cara mengajak orang-orang untuk mengerjakan amalan yang Sunnah. Tapi perlu diperhatikan dalam mengajak orang lain melakukan amalan, maka minimal kita pun harus tuntas melaksanakan amalan tersebut.


Catatan : Menurut Mazhab Hanafi shalat witir ini sangatlah wajib. Disunnahkan pula diakhir shalat witir yakni membaca doa qunut, yang memang witir itu tidak hanya dikerjakan pada saat Ramadhan saja.


Catatan : Musik bisa menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah namun musik yang dimaksud adalah musik yang didalamnya Kalam Hikmah, musik yang memang ditujukan untuk mengajak orang-orang untuk mendekat kepada Allah. Bukan musik-musik yang didalamnya membangkitkan hawa nafsu manusia, hanya berisi tentang duniawi, hanya berisi tentang pembicaraan kotor. 


Dimana suatu ketika ada seorang anak muda yang tengah mendengarkan lagu, yang memang lagu tersebut berisi lirik, "Bergembiralah hati yang galau, sungguh dunia itu akan kita tinggalkan, betapa banyak harta dipagi hari menjadi milik kita, lalu dimalam hari telah tiada," dan pada saat itu seorang ulama yakni Habib Umar bin Sumaith melewati anak tersebut. Takutlah anak itu dan merasa khawatir, karena mendengarkan lagu dihadapan seorang ulama besar. Namun tidak disangka Habib ini bukan hendak memarahi melainkan beliau justru menangis tersedu-sedu dihadapan pemuda tersebut, karena menurut pemahaman beliau pada kala itu, musik yang didengarkan seolah tengah mengatakan, "Betapa banyak orang-orang disiang hari menjadi hamba Allah, namun dimalam hari menjadi hamba bagi hawa nafsu."


Habib Ali Jufri juga pernah bercerita bahwasanya pernah suatu ketika beliau menaiki kendaraan yang kala itu memutar musik tentang seorang perempuan, beliau menangis saat mendengarkannya, karena menganggap bahwasanya musik yang diputar tersebut berisi tentang Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam.


Maka dari beberapa cerita diatas kita bisa pahami bahwasanya terkadang musik yang baik bisa menghadirkan pemahaman yang baik pula, terlebih jika sampai didengar ulama, pemahaman beliau-beliau ini tentu tidak akan keluar dari Allah dan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Sehingga tentu musik bisa menjadi salah satu wasilah untuk berdakwah tapi  tidak disertai pembicaraan yang sesat, yang kotor dan berisi Kalam Hikmah, seperti qasidah kebanyakan yang diciptakan dari kalam-kalam para ulama.


Catatan : Seseorang pendakwah yang belum mampu mengamalkan sesuatu yang disampaikan atau bahkan masih terjatuh dalam kemaksiatan, maka pertama ada dua hal yang harus dilakukan, pertama terus berusaha melakukan amalan tersebut dan kita sebarkan amalannya. Yang mana ketika kita tidak berhasil atau belum melakukan amalan tersebut bukan berarti kita jadi tidak perlu menyampaikan amalannya kepada yang lain. Maka ini yang salah, yang nantinya akan membuat kita mendapatkan dua dosa yakni dosa meninggalkan amalan tersebut dan dosa tidak menyampaikan. Jadi hendaknya berusaha melakukan  amalan meskipun sulit juga sebarkan amalan tersebut, ini lebih afdhol dilakukan. 


Pertanyaan :

1. Banyak sekali fenomena anak muda berhijrah, tapi masih seringkali menormalisasi perbuatan maksiat, apa yang harus kita lakukan menanggapi fenomena ini?

2. Bagaimana mencari referensi yang sahih?

3. Apa ada tips-tips untuk mengatur waktu belajar salah satunya menahan kantuk?

4. Apakah ada tips untuk mengajak anak muda melalui sosial media agar bisa berpandangan bahwa majelis itu tidak sekaku biasanya?


Jawaban :

1. Pertama hendaknya harus kita pahami bahwa hijrah itu adalah seseorang yang meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah atau berpindah dari yang tadinya buruk menjadi yang lebih baik. Maka hendaknya seorang yang sudah berhijrah lebih berfokus memperbaiki dirinya sendiri, tinggalkan segala sesuatu yang Allah perintahkan untuk tinggalkan. Jika belum bisa maka usahakan. 

2. Paling enak mencari referensi itu bisa diyoutube, yang memang Indonesia ini tidak kekurangan Ustad dan Ustadzah yang membahas ilmu-ilmu yang shahih mengenai fiqih dsb.

3. Atur waktu dan pegang prinsip bahwa dimanapun bisa mendapatkan ilmu, misal saja waktu wanita haid, maka gunakan untuk menuntut ilmu. Dan cara agar tidak mengantuk yakni niatkan ilmu yang kita ambil akan disebarkan, akan dibagikan manfaatnya kepada yang lain. 

4. Pertama kita harus mengetahui tempat dari orang-orang yang ingin kita ajak untuk bermajelis, sebab tidak mungkin kita mengajak orang bermajelis sementara rumah mereka sangat jauh dari tempat majelis ilmu. Lalu kedua, ajak terus-menerus secara baik-baik, jangan lupa berikan beberapa kesukaannya misal saja makanan, berikan jika memang dengan itu orang yang kita ajak bermajelis jadi mau untuk hadir. Dan terakhir hendaknya ajak mereka untuk mencatat beberapa faedah-faedah yang dibahas dalam majelis ilmu.


Nasehat Habib : Banyak-banyaklah istighfar, banyak-banyaklah meminta ampunan kepada Allah, karena kita bukan mahluk yang suci, bukan makhluk yang paling benar. Yang bahkan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam yang tersucikan saja selalu meladzimkan istighfar. Maka hendaknya selalu sematkan istighfar sedikit saja dalam lingkungan yang kita tinggali baik lingkungan belajar atau sebagainya.

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA