BEKORBAN TANPA SESAL

 BEKORBAN TANPA SESAL

Syarifah Fatima Al-Musawa & Syarifah Hafshah Al-Musawa




Apa itu definisi pengorbanan?


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Semakin besar sesuatu yang ingin kita capai maka semakin besar pula pengorbanan yang kita berikan. Jangan berpikir kamu akan mendapatkan sesuatu yang besar dengan pengorbanan yang kecil. Seperti halnya berhijrah, tidak mungkin kita tidak diuji dengan sesuatu yang besar dalam hidup, sebab jaminannya adalah Surganya Allah. Tidak mungkin kamu ingin mendapatkan Surga dengan cara instan seperti memasak mie Indomie, yang mana mie Indomie saja butuh proses untuk membuatnya. Maka hakikatnya tidak akan ada yang bisa kita dapatkan secara cuma-cuma, tidak akan pernah bisa.


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Pengorbanan adalah keadaan yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, setiap manusia pasti selalu berkorban. Dimana pengorbanan ini sangatlah berkaitan dengan cinta, sebagaimana dikatakan oleh salah satu guru, "Cinta itu pengorbanan," hal ini seperti halnya manusia yang tak lepas dari rasa cinta. Ibaratkan saja dengan memakan Indomie, kita menyukainya dan akan sering memakannya, maka yang dikorbankan adalah kesehatan kita sendiri. Dan ketika kita cinta, berapapun harganya akan terus dicari, akan terus dikejar.


Sesuatu seperti apa saja yang layak untuk diperjuangkan?


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Seandainya kita mencintai sesuatu yang salah maka pasti akan datang penyesalan dikemudian hari. Seperti halnya ketika manusia menjatuhkan harapan pada sesuatu yang salah, misal saja seseorang  yang menyukai lawan jenis yang belum halal namun ia gunakan rasa cinta itu untuk bermaksiat kepada Allah. Maka dari sini kita harus memikirkan apakah sesuatu yang kita dapatkan sepadan dengan pengorbanan yang kita berikan. 


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Sebelum kamu bekorban untuk mendapatkan sesuatu atau apapun itu, pastikan terlebih dahulu hasil yang kamu dapatkan sepadan dengan pengorbanan yang kamu berikan. Jika kamu ingin Surga, kamu ingin Allah dan kamu ingin Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, maka pengorbanan sekecil dan sebesar apapun itu akan terus sepadan. Berbeda ketika kamu bekorban pada sesuatu selain itu, mungkin kerugian dan penyesalan akan lebih besar didapatkan. 


Bagaimana cara memperjuangkan sesuatu hal tanpa berujung kecewa?


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Perempuan itu punya kelebihan khusus dimana ia bisa mempersiapkan dan memprediksi lebih awal. Perempuan senang sekali seperti itu, sebelum patah ia mematahkan hatinya sendiri terlebih dahulu. Maka hendaknya lakukan apapun yang kamu lakukan, jangan berikan kesempatan orang lain berhasil mematahkan hatimu terlebih dahulu.


Dan ketahuilah ketika dirimu tidak berani menolak pemberian orang lain atau ajakan orang lain karena merasa tidak enak, itu bukan sesuatu yang akan menambah nilai kebaikanmu, justru bisa jadi menambah dosa.


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Jika kita mencintai sesuatu yang benar atau sesuatu yang mubah/sesuatu yang shahih( sesuatu yang memang Allah izinkan untuk kita cintai, misal Allah, Rasullullah, orang tua, suami ) maka kita pasti tak akan menyesal, dalam takaran tidak berlebihan karena memang sesuatu yang berlebihan itu tidak pernah baik. Dimana kebanyakan manusia ketika jatuh cinta atau hendak melakukan sesuatu, mereka akan berekspektasi tinggi sehingga ketika ekspektasi itu tak terpenuhi direalita, mereka pasti akan kecewa.


Tips menghilangkan rasa kecewa


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Ada 3 diantaranya, yaitu :

1. Menurut syariat, dimana yang kita cintai ini sudah halal menurut syariat, jika seandainya kita tetap kecewa maka cukup bersabar dan serahkan kepada Allah

2. Skala prioritas, yakni persempit sesuatu yang hendak kita korbankan, kita tentukan sekiranya yang benar-benar baik untuk kita prioritaskan, jikapun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita korbankan maka lari pada tahap skala ketiga

3. Kesempatan kedua, masih ada banyak sekali kesempatan untuk mencoba dan mengevaluasi diri guna mencari kesalahan di kesempatan sebelumnya

4. Track off, analisis kesempatan 


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Jadikan kekecewaan itu sebagai pembelajaran, jika memang nasi telah menjadi bubur, terima dan makan buburnya, kemudian jadikan itu sebagai pelajaran. Seperti psikologi mengatakan bahwasanya 

manusia itu akan terus diuji dengan sesuatu hal yang sama secara terus-menerus sampai dia dapatkan pelajarannya.


Bagaimana tanda-tanda seseorang yang benar tulus hanya untuk Allah?


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Zaman ini perasaan tulus hanya untuk Allah dan Rasullullah itu sangat sulit dilihat, sangat sedikit. Sebab kebanyakan manusia selalu mencari keuntungan, mencari sesuatu yang tak sulit bahkan dalam hal beribadah. Maka sudah pasti zaman seperti ini kita tidak akan mengetahui mana yang benar-benar tulus untuk Allah dan Rasullullah, hanya Allah dan Rasullullah saja yang mengetahui benarnya ketulusan tersebut.  Dan kita diajarkan untuk memperbanyak niat dan memperbagus niat  dalam beribadah berbeda jika berkorban untuk Allah dan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, ini yang sedikit sulit, benar-benar tidak akan ada yang mengatahuinya kecuali Allah dan Rasullullah.


Tips mengatur waktu disela kehidupan dunia yang fana ini 


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Cukup ingat tujuan awal kehidupan yakni untuk mencari ridho Allah, jika hanya mencari ridho manusia tak akan pernah didapatkan. Lihat bagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, sosok yang begitu sempurna saja pernah dicaci, dimaki dan dihina sedemikian beratnya. Dimana untu mencari ridhoNya bisa dimulai dengan hal terdekat, seperti membantu orang tua dalam hal-hal terkecil, tidak perlu sangat rajin bermajelis ta'lim dengan jarak yang jauh, yang setelah keluar dari majelis tersebut ternyata tiada perubahan sedikitpun yang didapatkan. Tentukan prioritas, jangan seperti seseorang yang dia sibuk bermajelis, mengurusi pengajian kesana-kemari namun ia lalai dengan tanggungjawabnya misal sebagai seorang istri dan ibu. 


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Lagi-lagi kita harus mengetahui bahwa sejatinya kita akan kembali ke akhirat, maka perlu bekal, jangan sampai didunia sudah hidup susah diakhirat pun miskin pula, setidaknya tambahkan bahagia diakhiratmu kelak. Yang mana untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat itu sebenarnya bisa dimulai dari hal yang simpel saja, seperti tersenyum terhadap sesama muslim, bahagiakan sesama muslim, atau jika kita sudah menjadi istri maka cintai suami kalian. 


"Bucinlah sebucin-bucinnya dengan suamimu."


Apakah mencintai Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam itu membutuhkan pengorbanan?


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Butuh, ibarat kita bermain game kita butuh pengorbanan begitupun ketika kita mencintai sesuatu yang besar seperti mencintai Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, yang mana salah satu awal dari pengorbanan untuk Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam adalah pengorbanan hawa nafsu. 


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Sebenernya mencintai Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam itu sejatinya bisa jadi bukan benar-benar pengorbanan, kamu mungkin akan merelakan sesuatu untuk mencintai Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, namun kerelaan tersebut akan dibalas konstan oleh Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bahkan lebih besar dari apa yang kita berikan. 


Sesungguhnya hal yang kita korbankan untuk Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam kelak akan menjadi tanggungjawab Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Kita tidak memilih siapapun didunia ini, tapi apapun yang kita korbankan untuk Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam itu akan menjadi tanggungjawab Rasullullah. 


"Kita berada dititik seperti ini saja adalah sesuatu yang sangat baik, meskipun kita merasa belum pantas untuk berada disana."


Apakah ada hal-hal khusus yang harus dilakukan sebagai tanda cinta kepada Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam?


Syarifah Fatima Al-Musawa :


Mungkin satu perbuatan yang selalu Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam lakukan ialah menjaga perasaan orang lain, yang sampai saat ini pun masih sangat diusahakan. Sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam mengatakan bahwasanya seseorang yang membahagiakan orang lain, kebahagiaan itu akan menjelma sebagai cahaya yang akan menemani dialam kubur sampai dihari kiamat kelak. 


Catatan : Jangan merasa tidak enak ketika berhadapan dengan teman dari kalangan lawan jenis. Karena kebanyakan perempuan itu sangat minim sekali mengetahui batasan-batasan tertentu dalam hal seperti ini, lebih baik dihentikan, tidak perlu diteruskan dan tidak perlu bertele-tele.


Syarifah Hafshah Al-Musawa :


Menjaga perasaan orang adalah ibadah yang paling agung, sangat sedikit orang dizaman ini yang mampu menjaga perasaan orang lain. Dan ini hanya dilakukan bagi orang-orang yang profesional. Maka kembali pada prioritas, yang jika kita hanya seorang anak, maka orang tua adalah prioritas kita, tidak perlu selalu menyenangkan semua orang yang pasti akan sulit, cukup tentukan prioritas. Misal kita mencintai lawan jenis yang belum halal, mungkin ada kebahagiaan namun kebahagiaan seperti ini hanya bersifat sementara ibarat seorang pecandu narkoba, berbeda jika kita mencintai dan melakukan sesuatu pada yang memang pantas untuk diprioritaskan.


Jangan sampai salah menempatkan prioritas, karena ketika kesempatan itu telah habis pasti akan datang penyesalan dihari berikutnya. Misal ketika kita diajak oleh seorang teman, maka kita akan sangat bergerak cepat, berbeda saat orang tua meminta tolong sesuatu, kadang-kadang kita justru marah dan keberatan. 


"Jika kita tidak bisa menyenangkan dan menjaga hati semua orang, maka jangan menyakiti hati mereka pula."


Pertanyaan :

1. Apakah kita harus bersikap baik pada seseorang yang sudah berusaha kita senangkan namun dia justru menyakiti kita?

2. Bagaimana cara kita menyikapi seseorang yang membuat kita tak nyaman atas kehadirannya?

3. Bagaimana cara agar selalu tabah dalam menghadapi masalah, sementara disetiap malam saya selalu menangis?

4. Terkait tulisan Syarifah Fatima, "Bahkan Majnun tidak pernah meminta lebih."


Jawaban :

1. Pertama, jangan balas dengan kejahatan, lalu yang kedua jangan diam saja ketika kamu didzalimi oleh seseorang, pindah sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam yang kala itu diminta berpindah saat menerima penolakan dakwah dengan berbagai cacian dan makian.

2. Lebih berusaha kepada diri untuk tidak terlalu menunjukan ketidaknyamanan, namun tidak menghentikan diri untuk menemukan cara agar bisa keluar dari situasi tersebut.

3. Jika kita mencintai sesuatu yang sepadan pasti akan ada ganjarannya, maka cukup memikirkan sebab dari tangisan yang kamu rasakan disetiap malam, kiranya apakah itu sepadan dengan syar'iat. Serahkan semua kepada Allah dan hendaknya memiliki orang dalam, yakni dengan mendekati orang-orang shalih. (Syarifah Hafshah Al-Musawa)  Menangis itu boleh tapi jika itu dilakukan setiap malam maka pasti melelahkan. Usahakan jaga diri kita, serahkan semua kepada Allah, cari hobi-hobi yang baik yang bisa menyibukkan diri.

4. Ya sebagaimana majnun, ketika ia jatuh cinta pada Layla, ia tak pernah meminta lebih, meminta berpegangan tangan, meminta bertemu secara diam-diam, ia mencintai Layla dengan cinta yang sesungguhnya. Dimana ketika seorang pecinta sejati jatuh cinta dengan cinta yang sesungguhnya, maka dia tidak akan mengarahkan rasa cinta itu kepada perkara yang hina, seperti halnya cinta majnun kepada Layla.


Catatan : Istri yang baik itu adalah istri yang tidak menjadi penghalang suaminya untuk berbakti kepada orang tua. Dan suami yang baik pula adalah suami yang mengetahui tepat prioritas mana yang harus didahulukan.


"Ketika sesuatu itu terlihat sempurna maka akan nampaklah kekurangannya."

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA