BEKAL MERAIH PERNIKAHAN SAKINAH

 BEKAL MERAIH PERNIKAHAN SAKINAH

Ning Balqis Iskandar


Bekal Menikah :

Pernikahan itu bukanlah garis finish, bukan tentang perlombaan siapa yang cepat dia menang, siapa yang terlambat ia kalah. Pernikahan seperti halnya kehidupan yang merupakan sebuah perjalanan, maka sebaik-baiknya perjalanan adalah perjalanan dengan bekal yang paling cukup. Termasuk dalam hal memulai pernikahan, kita haruslah memiliki bekal yang cukup, yang akan dirincikan menjadi beberapa point dibawah diantaranya, yaitu :

1. Memahami Makna Pernikahan

2. Persiapan Menjadi Jodoh Impian

3. Menyelesaikan PR Masa Lalu


_Urgensi Pernikahan :_


Memahami hal-hal dalam tuntunan Islam termasuk bab-bab tentang pra nikah, fase-fase sebelum memulai pernikahan ini sangatlah penting, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Hikam, "Barangsiapa yang permulaannya baik maka In Syaa Allah akan berakhir pula dengan baik." 


Begitupun dengan pernikahan, terlebih pernikahan adalah ibadah, maka dapat  dipastikan bahwasanya bagaimana kualitas pernikahan itu sedikit banyak akan dipengaruhi dengan bagaimana kita  memulai pernikahan itu sendiri. Jadi semestinya lah kita tidak hanya bingung mencari siapa yang kelak menjadi pasangan kita, tapi kita juga pelajari terus ilmu-ilmu pra nikah, agar saat sudah tiba waktu yang tepat Allah jodohkan kita dengan seseorang  kita telah siap. 


Sebab sejatinya soal jodoh itu merupakan sesuatu yang berada dalam kuasa Allah, kita tak mengetahui apapun dan tak akan bisa menebak apapun tentangnya. Maka sebaik-baiknya ketika Allah takdirkan, Allah dekatkan jodoh itu kepada kita, kita sudah dalam keadaan siap. 


_Makna Pernikahan :_


Dimana ketika kita tidak mampu memahami betul makna pernikahan, pastilah kita akan jatuh dalam dua keadaan diantaranya, yaitu :

1. Terlalu tergesa-gesa untuk memulai pernikahan dengan hanya bermodalkan cinta.

2. Memiliki banyak sekali ketakutan, apalagi melihat era teknologi yang semakin jelas, berita dan kasus-kasus yang berhubungan dengan pernikahan yang buruk bertebaran dimana-mana. Sehingga kita jumpai para remaja sekarang ketakutan untuk memulai pernikahan, namun mereka tidak merasa ketakutan untuk memulai hubungan tak halal dengan lawan jenis. 


Maka penting bagi kita untuk memahami betul makna pernikahan dalam Islam, agar kita tidak gegabah, tidak gegabah dalam memilih pasangan, tidak ceroboh dalam memulai dan menjalani pernikahan itu sendiri. Karena ketika kita tidak memahami betul makna pernikahan, kita hanya akan memandang pernikahan sesuai dengan presepsi yang dibangun, semisal kita sangat suka membaca novel dan film romansa, maka terbangunlah disana pandangan bahwa pernikahan hanya berisi hal-hal berbau romansa. Padahal makna pernikahan itu lebih suci dari itu, lebih sakral dari itu. 


Contoh lainnya misalkan, ada beberapa orang yang menganggap pernikahan bahagia itu bisa tercipta dengan memiliki pasangan yang tampan, yang kaya raya, yang serba kecukupan dan bisa memuaskan segala keinginan duniawi yang dimiliki. Padahal sejatinya lelaki yang agama dan akhlaknya tidak baik, sekaya apapun dia, setampan apapun dia, tidak akan ada perempuan yang sanggup hidup bersama sepanjang sisa hidupnya, semua jadi seolah terasa sulit. Karena hanya agama dan akhlak yang bisa menahan seseorang, khususnya lelaki untuk tidak mendzalimi perempuan, untuk tidak menyakiti istrinya semarah apapun dia. 


Dimana Habib Abdullah Baharun berpesan, "Hendaknya tidak membuat ekspetasi yang berlebihan dan hendaknya meminta kepada Allah untuk mengirimkan sosok suami yang shalih,"


Dan ini akan terasa sulit bagi perempuan yang tidak memahami betul makna pernikahan, dimana makna pernikahan disini telah terbagi menjadi 3, yaitu :

1. Menikah adalah cara manusia dalam menjalani fitrahnya berpasangan sebagaimana dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam QS Ar-Rum ayat 21. Maka sebagaimana fitrah baik lainnya, kita perlu menjaga dan memperjuangkan fitrah berpasangan ini dengan semangat dan sesuai tuntunan syari'at.


2. Menikah bukanlah finish melainkan starting point, yang jika diumpamakan pernikahan adalah ibarat garis start bukan garis finish, siapa yang menentukan kemenangan adalah mereka yang memang bekalnya cukup, sebab sebaik-baiknya perjalanan adalah perjalanan yang bekalnya cukup. Terlebih pernikahan ini adalah perjalanan bagi 2 orang, kita bersinergi antara suami dan istri yang kemudian akan terus bertambah dengan anak-anak. Maka akan banyak sekali perbedaan yang akan kita temui, akan banyak sekali permasalahan yang akan kita hadapi. Dan ini tak akan bisa dilewati dengan baik kecuali dengan adanya bekal, dimana sebaik-baiknya bekal ialah taqwa yang dilandasi dengan ilmu. Sehingga amat penting pula memilih pasangan yang tepat, yang dengan ilmu ini kita bisa membuka pandangan, membuka mata hati kita dalam menentukan calon pasangan. 


3. Menikah adalah ibadah, maka sebagaimana ibadah yang lain yang membutuhkan ilmu, pernikahan pun seperti itu. Yang kemudian dengan ilmu-ilmu tersebut akan menghadirkan rasa takut kepada Allah, dimana rasa takut kepada Allah ini sangatlah penting dalam kehidupan berumah tangga, dalam hati suami dan istri. Sebab ketika seorang istri hanya takut kepada suami, ketika suami berangkat mencari nafkah, sang istri ini akan berani berselingkuh, bermain belakang karena suaminya tidak mengetahui. Berbeda dengan seorang istri yang memiliki rasa takut kepada Allah, dimanapun suaminya, ia tak akan berani membuka pintu perselingkuhan, ia tak akan berani berkomunikasi secara intens dengan lawan jenis karena rasa takutnya kepada Allah. Dan rasa takut ini hanya bisa ditambah dengan adanya ilmu. 


Lalu kemudian pernikahan pula merupakan 'perjanjian yang berat' sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, hal ini karena sejatinya pernikahan merupakan komitmen yang berat, perjanjian yang agung bahkan ketika seorang lelaki ketika dia mengucapkan qobul, dia tidak hanya berkomitmen kepada wali nikah, kepada istrinya namun juga kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka sebaik-baiknya orang, adalah ia yang bisa menjaga komitmen dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, suami yang bisa menjaga istrinya, mendidik istrinya, melindungi istrinya dari laki-laki yang tidak baik. Sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda, "Jika datang kepada kalian laki-laki yang kalian ridho terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia, jika kalian tidak melakukan hal tersebut maka akan terjadi fitnah yang menimbulkan kerusakan besar dimuka bumi."


Pernikahan pula amanah, sebagaimana Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda bahwasannya lelaki menikahi perempuan merupakan sebuah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 


_Persiapan menjadi Jodoh Impian :_


Ketika kita mempersiapkan diri menjadi jodoh impian, maka yang perlu kita perhatikan bahwasanya tugas memperbaiki diri kita saat ini jangan hanya sekedar di niatkan untuk mendapatkan jodoh yang baik, melainkan kita niatkan untuk menggapai ridho Allah, karena sekali lagi siapapun dan apapun di dunia ini sejatinya berada dibawah kuasa Allah, jika Allah telah ridho maka sangat mudah pula bagi kita mendapatkan pasangan yang terbaik menurut Allah, pasangan yang shalih.


Dimana ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk bersiap menjadi jodoh impian diantaranya, yaitu :

1. Memperbaiki diri, kita perlu menjadi baik, yang mana ketika kita memimpikan pasangan yang baik maka kita pun harus berusaha menjadi baik, ibaratnya seperti ini ketika seorang perempuan memimpikan pasangan yang paham agama maka jika seandainya perempuan ini tak begitu paham perihal agama, ia mampu dan bersemangat dalam menuntut ilmu agama, bersemangat dalam mengamalkan ilmu tersebut dan bersemangat mendekati para ahli ilmu.

2. Memperbaiki lingkungan, karena jika seandainya kita perempuan mengharapkan pasangan yang memiliki akhlak baik dan mahir baca Al-Qur'an, namun kita sendiri masih bergaul dalam lingkungan yang buruk, yang kurang baik, maka ini harus diperbaiki.

3. Memperbaiki kualitas ilmu, khususnya ilmu agama.


_Memilih Bagi Perempuan :_


Perempuan boleh memilih, tidak hanya lelaki saja dalam perihal pasangan. Maka silahkan kita selektif namun tidak harus perfeksionis,  ketika ada yang melamar kita boleh memilih menerima ataupun menolak namun bukan dilandasi dengan hawa nafsu, misal menolak pinangan seorang lelaki karena fisiknya yang buruk. Karena sejatinya tiada siapapun didunia ini yang sempurna, kita mau menikah dengan malaikat pun, malaikat pun memiliki kekurangan, mereka tidak memiliki nafsu. Jadi menikah dengan malaikat pun kita tetap mendapatkan kekurangan, apalagi menikah dengan manusia yang memiliki sisi malaikat dan juga sisi hewani. Cari yang selektif, yaitu pasangan yang memang mengutamakan Allah, agama dan akhlak baik. 


Imam Al-Ghazali mengatakan, "Berhati-hati bagi perempuan itu lebih penting, karena ketika mereka menikah, mereka berada dibawah naungan suami, naungan seorang pemimpin yang pasti akan kesulitan jika dipertemukan dengan suami yang tak baik."


_Menyelesaikan PR Masalalu :_


Bahwasanya menyesalkan PR masalalu itu sangatlah penting, karena sejatinya menikah ini adalah tentang bersinergi dengan pasangan dalam jangka waktu yang lama yang tak bisa kita tentukan. Tentunya akan banyak sekali perbedaan dan permasalahan yang akan kita jumpai dan hadapi, yang dengan adanya PR masalalu yang belum tuntas, justru membuat masalah semakin bertambah, semakin menumpuk. Kita akan kesulitan. Maka yang paling aman adalah menyelesaikan PR masalalu yang diantaranya, yaitu :

1. Berkaitan dengan diri sendiri, seperti rasa malas dalam diri, rasa tak peka, ceroboh, emosian, egois ini perlu dirubah sedikit demi sedikit yang penting terus dan Istiqomah. 

2. Berkaitan dengan orang lain, harus kita akhiri bahkan sebelum kita perempuan dikhitbah oleh seorang lelaki. Jangan sampai kita masih menyimpan rasa, berhubungan dengan seseorang yang bukan calon pasangan kita, sebab ini nantinya yang akan mempersulit segala hal. 


Dan ada beberapa cara mudah untuk move on diantaranya, yaitu :

1. Buang seluruh barang yang berkaitan dengan seseorang dimasalalu

2. Unfollow segala sosial media tentang seseorang dimasalalu bahkan jika bisa blokir dan berhenti stalking

3. Sibukkan diri dengan hal-hal yang baik, karena ketika kita menyibukkan diri untuk hal-hal yang baik tidak akan pernah bisa kita sibuk dalam hal kebatilan


Setiap orang pasti memiliki masalalu tetapi tiap dari kita memiliki kemampuan untuk berdamai dengan masalalu sehingga mampu melanjutkan kehidupan dan membentuk kehidupan yang lebih baik. Keputusan ada ditangan kita, mau membiarkan masalalu menghantui atau mau belajar untuk memperbaiki, mau membiarkan masalalu menghancurkan atau mau terus berjuang demi cerahnya masa depan.


"Bagaimana engkau mempersiapkan pernikahanmu, akan sangat mempengaruhi bagaimana pernikahan nantinya, perlahan tapi pasti adalah langkah terbaik untuk mempersiapkannya, bersegera namun dengan tetap berhati-hati dalam memilih calon suami akan membuahkan kebaikan untuk ikatan suci, In Syaa Allah."


_Pertanyaan :_

1. Bagaimana ketika ada seorang lelaki yang mengajak ta'aruf, tetapi lelaki ini masih dalam pembelajaran perihal agama?


2. Bagaimana jika seorang lelaki pada saat nadzor tidak mau mengetahui lebih jauh perihal calon istri karena begitu menjaganya, namun pada saat pernikahan terjadi lelaki ini baru menyesal karena mendapati istrinya tak sesuai dengan harapan yang diinginkan?


3. Bagaimana jika seandainya ada seorang lelaki yang datang melamar, yang kita ketahui baik perihal agama dan pengamalannya namun tidak Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, apakah harus kita tolak?


4. Bagaimana jika dari pihak calon lelaki ini memiliki nasab keturunan kiyai atau habaib sedangkan pihak perempuan hanyalah ahwal, apakah itu akan mempengaruhi nasab keturunannya?


5. Apakah boleh seseorang biasa seperti kami mengharapkan dzuriyah Nabi?


6. Bagaimana cara kita menghilangkan trauma dimasalalu demi melanjutkan pernikahan berikutnya? Lalu untuk memilih pasangan yang baik itu bagaimana?


_Jawaban :_

1. Pertama jangan lupa istikharah, karena hidup kita penuh dengan pilihan, adakalanya kita ingin yang sempurna, namun hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik bagi hambaNya, walaupun mungkin diawal-awal kita akan sulit menerimanya. Dimana istikharah ini tanda-tandanya bisa dari proses pernikahan yang dimudahkan oleh Allah, orang tua memberikan restu. Lalu yang kedua ketika lelaki ini masih dalam proses belajar, silahkan datangi gurunya, apakah gurunya ridho murid ini melamar, bisa pula sambil dicari tahu informasi tentang lelaki tersebut. Bisa pula dilihat dari sikapnya, dari pandangannya ketika ditanya pada sesi ta'aruf.


2. Perlu dipahami bahwa ayat Al-Qur'an yang menerangkan bahwasanya perempuan yang baik untuk lelaki yang baik, itu bukanlah suatu kewajiban, sehingga banyak sekali kita temui perempuan yang baik diuji dengan suami yang buruk, bukan berarti karena firman Allah bohon dan dusta, tidak. Yang mana Syeikh Mutawalli as-Sya'rawi mengatakan bahwasanya ayat ini merupakan landasan bagi seseorang untuk mencari pasangan yang sekufu dalam batasan Ikhtiar kita. Adapun ketika ada seorang lelaki yang shalih namun ketika menikah justru mendapat istri yang buruk, ini bisa jadi merupakan bentuk ujian dari Allah, karena sekali lagi ujian Allah itu bermacam-macam bentuknya, hal ini demi membuktikan keimanan seorang hamba. Yang mana sekelas Sayyidah Aisiyah saja bersuamikan fir'aun, yang bahkan dalam tafsir Al-Qur'an dikatakan bahwasannya manusia paling sombong itu adalah fir'aun, karena dia telah mengaku sebagai tuhan, tetapi istrinya dikatakan oleh Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam sejajar tingkatannya dengan Sayyidah Khadijah, Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Maryam. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lelaki tadi? Tidak ada yang perlu dilakukan kecuali bersabar. 


3. Perlu diperhatikan sekufu itu penting, apalagi ketika kita memiliki pandangan Ahlul Sunnah Wal Jama'ah sementara calon suami berbeda pandangan, meskipun sama-sama Islam, shalih namun pasti akan terjadi banyak sekali perbedaan, banyak sekali konflik. Sungguh sejatinya semakin banyak hal yang tidak sekufu, semakin banyak terjadi konflik dalam rumah tangga. 


4. Selain daripada nasab yang bersambung dengan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, tentu tidak memiliki aturan terkhusus, seperti laki-lakinya kiyai maka silahkan-silahkan saja, asalkan perempuan ini sudah mengetahui bagaimana beratnya mendampingi seorang anak kiyai yang tentunya ikut meneruskan perjuangan, meneruskan khidmah dakwah kepada masyarakat. Adapun masalah nasab ini tak perlu terlalu dipermasalahkan.


5. Kalau berharap saja tidak apa-apa, boleh saja, tapi tentu dalam keturunan- keturunan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam, mereka memiliki ketentuannya sendiri, ini yang kemudian beberapa dari kita tak bisa melawan perihal ketentuan tersebut.


6. Kadang ketika kita telah sampai pada fase tawakal yakni berpasrah kepada Allah, In Syaa Allah yang datang pasti sesuatu yang tidak terduga, maka kita tidak perlu lagi mengatur. Namun trauma terkadang menjadi penghalang, yang mana harus kita cari solusi dengan datang pada ahlinya seperti psikolog, yang memang ahli mendengar, yang kadang bisa menghilangkan meskipun sedikit. Perlu pula ikhtiar, tawakal, dan istikharah, jangan lupakan untuk kirim Al-Fatihah kepada calon suami.

Comments

Popular posts from this blog

AGAR CANTIKMU SAMPAI KE SURGA

Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Muslimah Sebagai Madrasatul Ula

SPECIAL MILAD SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA